Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian
senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi
sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung
secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob
dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida,
seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi.
Respirasi lebih dari sekedar pertukaran gas secara
sederhana. proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa
dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk H2O. pati, fruktan,
sukrosa atau gula lainnya, lemak, asam organic, dan pada keadaan tertentu
protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. Persamaan respirasi umum
glukosa sebagai berikut:

Rekasi persamaan diatas merupakan persamaan rangkuman
dari respirasi, karena respirasi bukanlah reaksi tunggal. Respirasi merupakan
rangkaian dari 50 atau lebih reaksi komponen, masing-masing dikatalisis oleh
enzim yg berbeda-beda.
- Kuosien Respirasi atau Respiratory Quotient (RQ)
Kuosien Respirasi (KR) atau Respiratory
Quotient (RQ) merupakan angka perbandingan antara volume CO2
yang dibebaskan dengan volume O2 yang diabsorpsi secara simultan
oleh jaringan dalam periode waktu tertentu pada suhu dan tekanan tertentu. Kuosien respirasi juga diartikan sebagai
nisbah CO2 terhadap O2. RQ sering hampir mendekati satu.
Sebagai contoh, RQ yang diperoleh dari daun berbagai jenis tumbuhan rata-rata
1,05. Biji yang sedang berkecambah dari tumbuhan serelia dan kacang-kacangan
seperti kapri dan kacang, yang mengandung pati sebagai cadangan makanan utama,
juga menunjukan nilai RQ sekitar 1,0. Tapi, biji berbagai tumbuhan lain banyak
mengandung lemak atau minyak yang kaya hidrogen dan rendah kandungan
oksigennya. Bila lemak dan minyak dioksidasi selama perkecambahan, RQ sering
hanya 0,7, sebab cukup banyak oksigen yang diperlukan untuk mengubah hidrogen
menjadi H2O. Perhatikan oksidasi asam lemak yang lazim, yaitu asam
oleat:
C18H34O2 + 25.5O2 à18CO2
+ 17 H2O
RQ reaksi ini
adalah 18/25,5 = 0,71
Dengan mengukur RQ berbagai bagian tumbuhan, dapat
diperoleh informasi tentang jenis senyawa yang sedang dioksidasi. Masalahnya
rumit karena setiap saat berbagai jenis senyawa dapat direspirasikan, sehingga RQ
yang terukur merupakan angka rerata yang bergantung dari sumbangan tiap-tiap
substrat dan kandungan karbon, hidrogen dan oksigennya.
Contoh
Perhitungan Nilai Kuosien Respirasi(RQ):
1. Gula : C6H12O6
+ 6O2 → 6CO2 +H2O,
RQ : 6/6= 1
2.
Asam lemak (asam palmitat): C16H32O2
+ 11O2 →C12H22O11 + 4CO2
+ 5H2O
RQ: 4/11=
0.36
RQ memberi
petunjuk tentang jenis substrat yang
dioksidasikan & jenis metabolisme yang sedang berlangsung. Kuosien
respirasi yang bernilai 1 berada pada titik kompensasi, merupakan suatu titik
yang menunjukkan kecepatan fotosintesis yang dilakukan tumbuhan sama dengan
kecepatan respirasinya.
RQ > 1 : sel kekurangan O2,
repirasi aerob dibantu respirasi anaerob agar menambah energi
RQ < 1 : sebagian / semua CO2
yang dihasilkan dalam respirasi digunakan langsung oleh organisme yang
bersangkutan, misal untuk fotosintesis.
- Pembentukan Gula Heksosa dari Karbohidrat Cadangan
Penyimpanan
dan perombakan pati
Pati merupakan simpanan
karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan rnerupakan karbohidrat utama yang dikonsumsi
manusia di seluruh dunia. Pati terutama terdapat dalam padi-padian, biji-bijian,
dan umbi-umbian. Beras, jagung, dan gandum mengandung 70— 80% pati;
kacang-kacang kening, seperti kacang kedelai, kacang merah dan kacang hijau
30—60%, sedangkan ubi, talas, kentang, dan singkong 20—30%.
Secara kimia pati
merupakan homopolimer dari glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Berbagai macam
pati tidak sama sifatnya tergantung dari panjang rantai karbonnya dan
percabangan pada rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua macam fraksi yang
dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut sebagai amilosa
merupakan fraksi linear dengan ikatan α(1,4)-D-glukosa. Sedangkan amilopektin
merupakan fraksi tidak terlarut yang memiliki rantai molekul yang bercabang
dengan ikatan α(1,4)-D-glukosa (gambar 2.1).

Gambar 2.1. Molekul pati (amilosa dan amilopektin).
Amilopektin memiliki
susunan bercabang dengan 15—30 unit glukosa pada tiap cabang. Rantai glukosa
tersebut terikat satu sama lain melalui ikatan alfa yang dapat dipecah dalam
proses pencernaan.
Komposisi amilosa dan
amilopektin berbeda dalam pati berbagai bahan makanan. Amilopektin pada umumnya
terdapat dalam jumlah lebih besar. Sebagian besar pati mengandung antara 15%
dan 35% amilosa. Pada beras semakin kecil kandungan amilosa atau semakin tinggi
kandungan amiopektinnya, semakin pulen (lekat) nasi yang diperoleh. Berdasarkan
kadar amilopektinnya beras dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu: (1)
beras dengan kadar amilosa tinggi (25-33%); beras dengan kadar amilosa menengah
(20-25%); (3) beras dengan kadar amilosa rendah (9-20%); dan beras yang
memiliki kadar amilosa yang sangat rendah (<9%) contohnya beras ketan hampir
tidak mengandung amilosa (1—2%).
Secara fisik
karakteristik granula pati berbeda antara tanaman yang satu dengan yang lainnya.
Gambar 2.2. menunjukkan beberapa bentuk granula pati yang dapat terlihat dengan
mikroskop. Jumlah unit glukosa dan
susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama lain, bergantung jenis
tanaman asalnya. Bentuk butiran pati ini berbeda satu sama lain dengan karakteristik
tersendiri dalam hal daya larut, daya mengentalkan, dan rasa.

Gambar 2.2. Penampakan granula beberapa pati
Pati disimpan dalam bentuk butir yang tak larut
dalam air dan mengandung molekul amilopektin bercabang dan amilosa tak bercabang.
Pati yang terhimpun di dalam kloroplas selama fotosintesis merupakan cadangan
karbohidrat terbanyak di daun sebagian besar tumbuhan. Pati yang dibentuk di
amiloplas organ penyimpan hasil dari translokasi sukrosa atau gula bukan
pereduksi lainnya juga merupakan substrat respirasi yang utama dari organ
penyimpanan.
Sel parenkima di akar dan batang umumnya menyimpan
pati; pada tumbuhan tahunan, pati disimpan selama musim dingin dan digunakan
untuk pertumbuhan baru pada musim semi berikutnya. Umbi kentang kaya akan
amiloplas yang mengandung pati, dan sebagian besar pati ini hilang oleh
respirasi dan translokasi gula dari bagian umbi yang ditanam untuk mempeoleh
tanaman baru. Jaringan pemnyimapan endosperma atau kotiledon dari berbagai biji
mengandung banyak pati dan sebagian besar akan hilang selama pertumbuhan
kecambah. Penyimpanan pati pada berbagai bagian tumbuhan ditelaah olej Jenner
(1982).
Hanya beberapa molekul glukosa yang berasal dari
pati yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O. molekul
glukosa lainnya diubah menjadi molekul sukrosa di dalam skutelum, dan kemudian
diangkut ke akar dan batang yang sedang tumbuh, dan disitu sebagian lagi diubah
menjadi bahan dinding sel, protein, dan bahan lainnya yang diperlukan untuk
pertumbuhan bibit.
Perombakan Pati
Perombakan pati menjadi
glukosa adalah α -ami1ase, β-amilase,
dan fosforilase. Dari ketiga enzim itu hanya α -ami1ase yang dapat menyerang
butir pati utuh, sehingga apabila β-amilase dan pati fosforilase terlibat
diduga mereka bekerja pada produk pertama yang dilepas oleh α -ami1ase. Kemampuan
menhidrolisis α-ami1ase lebih baik dibanding β-amilase. α-ami1ase ini dapat
menghidrolisis pati menjadi
fraksi-fraksi molekul yang terdiri dari 6 sampai 7 unit glukosa. Titik-titik
yang diserang oleh enzim tersebut pada amilopektin diperlihatkan pada gambar di
bawah ini.
![]() |
Gambar 2.3. Titik serangan peromabakan pada amilopektin oleh alfa
amilase, beta amilase, pati fosforilase dan enzim pemutus cabang.
Alfa amilase secara
acak menyerang ikatan 1,4 pada amilosa ataupun amilopektin, sehingga mula-mula
mengakibatkan terjadinya ceruk acak pada butir pati dan melepas produk yang
masih besar. Pada rantai amilopektin, alfa amilase menyerang secara
berulang-ulang sehingga dihasilkan maltosa, yaitu disakarida yang mengandung 2
unit glukosa. Perhatikan gambar berikut.
![]() |
Gambar 2.4. alfa dan betha maltosa dilepaskan dari pati selama
berlangsungnya kerja alfa dan betha amilase.
Tetapi alfa amilase
tidak dapat menyerang ikatan 1,6 pada tiitk cabang amilopektin, sehingga
pencernaan amilopektin terhenti bila desktrin (produk antara pada pencernaan
pati) bercabang yang berantai pendek tetap ada. Alfa amilase banyak diaktifkan
oleh Ca2+, hal ini menunjukan bahwa kalsium merupakan unsur
esensial.
Enzim β-amilase dapat
memecah pati menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil, misalnya pemecahan amilosa
menjadi fraksi kecil yang disebut maltosa, suatu disakarida dari glukosa. Bila
β-amilase direaksikan terhadap pati biasa, hanya diperoleh 60% sampai 70% dan
hasil dari maltosa teoretis. Bagian pati
yang tidak terurai menjadi residu yang disebut β-amilase limit dextrin. Hal
ini disebabkan karena ternyata β-amilase tidak mampu menghidrolisis amilopektin di luar batas
cabang-cabang tertentu. Sehingga dekstrin bercabang tetap tidak berubah.
Aktivitas kedua enzim amilase
meliputi pengambilan satu H2O untuk setiap ikatan yang terpotong, jadi mereka
merupakan enzim hidrolase. Reaksi hidrolitik tidak dapat balik, sehingga tidak
ada sintesis pati oleh amilase, yang terdeteksi. Asas umum ialah molekul besar
biasanya disintesis oleh satu rangkaian reaksi (lintasan) dan dirombak oleh
rangkaian reaksi lainnya.
Amilase tersebar luas
di dalam berbagai jaringan, tapi yang paling aktif ialah dalam biji kaya pati
yang sedang berkecambah. Di daun, alfa amilase mungkin jauhblebih penting
dibandingkan dengan betha amilase bagi pembentukan pati. Enzim alfa amilase
berada di bagian dalam kloroplas, sering tertempel pada butir pati yang akan
diserang. Enzim ini akan berfungsi pada siang maupun malam hari, walaupun
selama siang hari terjadi produksi neto pati dari fotosintesis.
Dibandingkan alfa dan
beta amilase, enzim fosforilase mampu memecah ikatan 1,4-glikosidik pati dengan
bantuan asam atau ion fosfat, sedangkan amilase memerlukan molekul air.
|

Pati fosforilase
merombak pati mulai dari ujung akhir nonreduksi. Perombakan ini tidak terjadi
dengan menggabungkan air ke dalam produk seperti yang dilakukan oleh amilase,
tapi dengan menggabungkan posfat. Jadi, ini merupakan enzim fosforolitik,
bukannya hidrolitik, dan reaksi yang dikatalisis dapat balik in vitro. Tetapi,
walaupun reaksi ini terbalikan in vitro, peranan utama pati fosforilase
hanyalah pada perombakan pati. Salah satu alasannya adalah konsentrasi Pi di
dalam plastid sering 100 kali lebih tinggi daripada glukosa-1-fosfat; pada
keadaan ini, sintesis pati dapat diabaikan.
Pembentukan glukosa-1-fosfat tidak memerlukan ATP untuk mengubah glukosa
menjadi glukosa fosfat selama respirasi.
Fosforilase dapat
memecah amilosa secara tuntas, tetapi bila substratnya amilopektin, hanya
sebagian saja dirombak, di samping glukosa terbentuk dekstrin yang disebut
“dekstrin tahan fosforilase” yang molekulnya mengandung cabang dengan ikatan α-1,6.
Reaksi berlangsung secara bertahap dari ujung akhir nonreduksi dari tiap rantai
utama atau rantai cabang (gambar 2.3)ke dalam beberapa residu glukosa dari
ikatan cabang α-1,6, sehingga dekstrin tetap tidak berubah. Amilosa dengan
sedikit cabang, dirombak seluruhnya oleh pengambilan berulang unit glukosa,
dimulai dari ujung akhir nonreduksi rantai.
Pati fosforilase
tersebar luas dalam tumbuhan (seperti amilase) dan sering sukar untuk
memastikan enzim mana yang paling banyak mencerna pati di sel yang bersangkutan,
teori terakhir menjelaskan bahwa alfa amilase atau endoamilase penting untuk
penyerangan awal, dan bagi biji tumbuhan serelia kedua amilase nampaknya
berfungsi, tapi tidak untuk fosforilase. Untuk biji spesies lainnya, untuk
daun, dan untuk jaringan lainnya, pati fosforilase juga berperan, khususnya
setelah sebagian butir pati dihidrolisis oleh salah satu amilase.
Ikatan cabang 1,6 pada amilopektin atau dekstrin bercabang yang tidak diserang oleh salah satu enzim
di atas akan dihidrolisis oleh berbagai enzim pemutus cabang. Tumbuhan
mengandung tiga jenis enzim yang agak berbeda sesuai dengan jenis polisakarida
yang akan diserang; jenis pullulanase, isoamilase, dan limit dekstrinase. Kerja
ketiga enzim tersebut pada rantai pati bercabang (gambar 2.3) adalah menyediakan gugus akhir
tambahan untuk diserang oleh amilase atau oleh pati fosforilase, dan kerja
berikutnya dari limit dekstrinase pada dekstrin memungkinkan terjadinya
pencernaan menyeluruh dari amilopektin menjadi glukosa, maltose,atau glukosa-1-fosfat.
Maltose jarang
terhimpun dalam jumlah yang cukup karena dihidrolisis menjadi glukosa oleh
enzim amilase seagai berikut:
Maltose + H2O à
2 α-D-glukosa
Unit glukosa yang
dihasilkan sekarang tersedia untuk dirombak oleh respirasi. Secara ringkas, amilase
menghidrolisis rantai amilosa tak bercabang menjadi maltosa, sedangkan pati
fosforilase mengubah rantai seprti itu menjadi glukosa-1-fosfat. Kerja ketiga
enzim itu pada amilopektin menyisakan dekstrin; ikatan cabang yang harus
dihidrolisis oleh enzim pemutus cabang. Maltosa dihidrolisis menjadi glukosa
terutama oleh maltase.
Semua perombakan pati
menjadi heksosa mungkin berlangsung di kloroplas atau amiloplas, sedangkan
respirasi heksosa sesungguhnya dimulai di sitosol.
Hidrolisis Fruktan
Bahan cadangan makanan
karbohidrat utama pada beberapa spesies, terutama batang, daun dan bunga
rumputan subtropik serta sebagian angota asteraceae dan suku lainnya bukanlah
pati, melainkan fruktan. Tapi bahkan pada
spesies tersebut, fruktan boleh dikatakan jarang terdapat dalam jumlah banyak
di biji. Seperti biasa, pati merupakan cadangan karbogidrat utama di biji.
Fruktan dihidrolisis oleh enzim β-fruktofuranosidase
dengan kekhususan terhadap ikatan β-2,1
atau β-2,6 yang terlibat. Sebagai
contoh, salah satu enzim ini yang berasal dari umbi artichoke Jerusalem secara
berurutan akan memotong unit fruktosa dari inulin sampai campuran fruktosa dan
unit sukrosa paling akhir tidak berubah:
Glukosa-fruktosa-(fruktosa)n
+ nH2Oànfruktosa + glukosa-fruktosa
(fruktan) (sukrosa)
Fruktosa dapat
mengalami respirasi secara agak langsung, sedangkan sukrosa harus dipecah dulu
menjadi glukosa dan fruktosa.
Hidrolisis Sukrosa
Reaksi penting
perrombakan sukrosa ialah hidrolisis tak-terbalikkan oleh invertase menjadi
glukosa dan fruktosa bebas:
Sukrosa + H2O à
glukosa + fruktosa
Invertase
berada di sitosol, vakuola, dan kadangkala di dinding sel. Invertase sitosol
bersifat basa dengan pH optimum sekitar 7,5 sedangkan dua lainnya merupakan
invertase asam dengan pH optimum 5 atau kurang. Invertase dinding sel, bila
ada, menghidrolisis sukrosa terangkut menjadi molekul glukosa dan fruktosa yang
kemudian diserap oleh sel pengguna.
Enzim
lainnya yang dapat merombak sukrosa ialah sukrosa sintase; dinamakan demikian
karena reaksi yang dikatalisis terbalikkan dan mula-mula dianggap penting
terutama dalam sintesis sukrosa. Sukrosa sintase mengkatalisis reaksi berikut:
Sukrosa
+ UDP ßàfruktosa
UDP-glukosa
Fruktosa
menjadi tersedia untuk respirasi, dan glukosa di UDP-glukosa dapat dilepas
dengan satu atau dua cara. Terbukti bahwa sukrosa sintase merupakan enzim utama
yang merombak sukrosa di organ penyimpan pati (contohnya, benih dan umbi
kentang yang sedang tumbuh) atau di jaringan yang sedang tumbuh cepat, yang
mengubah sukorsa terangkut menjadi polisakarida dinding sel. Bagi sel dewasa
dan tumbuh lambat, invertase merupakan enzim yang lebih penting yang merombak
sukrosa dan menyediakan glukosa dan fruktosa untuk respirasi.
- Glikolisis
Glikolisis
merupakan proses pengubahan molekul sumber energi, yaitu glukosa yang mempunyai
6 atom C manjadi senyawa yang lebih
sederhana, yaitu asam piruvat yang mempunyai 3 atom C. Reaksi ini berlangsung
di dalam sitosol (sitoplasma).
Perhatikan gambar di bawah ini.
![]() |
Gambar 2.5. Reaksi Glikolisis
Reaksi glikolisis mempunyai sembilan tahapan
reaksi yang dikatalisis oleh enzim tertentu. Tahapan reaksi glikolisis dapat
dikelompokkan menjadi dua fase, yaitu fase investasi energy dan fase
pembelanjaan energy. Fase investasi energy diawali dengan reaksi pembentukan senyawa glukosa 6-fosfat
dari glukosa sampai terbentuknya fosfogliseraldehid
atau gliseraldehid 3-fosfat. Sedangkan fase pembelajaan energy diawali dengan oksidasi
sampai pembentukan ATP akhir dan terbentuknya asam piruvat.
Pertama-tama, glukosa
mendapat tambahan satu gugus fosfat dari satu molekul ATP, yang kemudian berubah
menjadi ADP, membentuk glukosa 6-fosfat. Setelah itu, glukosa 6-fosfat diubah
oleh enzim menjadi isomernya, yaitu fruktosa 6-fosfat. Satu molekul ATP yang
lain memberikan satu gugus fosfatnya kepada fruktosa 6-fosfat, yang membuat ATP
tersebut menjadi ADP dan fruktosa 6-fosfat menjadi fruktosa 1,6-difosfat.
Kemudian, fruktosa 1,6-difosfat dipecah menjadi dua senyawa yang saling isomer
satu sama lain, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan PGAL (fosfogliseraldehid
atau gliseraldehid 3-fosfat). Tahapan-tahapan reaksi diatas itulah yang disebut
dengan fase investasi energi.
Selanjutnya, dihidroksi aseton fosfat dan PGAL
masing-masing mengalami oksidasi dan mereduksi NAD+, sehingga terbentuk NADH,
dan mengalami penambahan molekul fosfat anorganik (Pi) sehingga terbentuk
1,3-difosfogliserat. Kemudian masing-masing 1,3-difosfogliserat melepaskan satu
gugus fosfatnya dan berubah menjadi 3-fosfogliserat, dimana gugus fosfat yang
dilepas oleh masing-masing 1,3-difosfogliserat dipindahkan ke dua molekul ADP
dan membentuk dua molekul ATP. Setelah itu, 3-fosfogliserat mengalami
isomerisasi menjadi 2-fosfogliserat. Setelah menjadi 2-fosfogliserat, sebuah
molekul air dari masing-masing 2-fosfogliserat dipisahkan, menghasilkan
fosfoenolpiruvat. Terakhir, masing-masing fosfoenolpiruvat melepaskan gugus
fosfat terakhirnya, yang kemudian diterima oleh dua molekul ADP untuk membentuk
ATP, dan berubah menjadi asam piruvat.
Setiap pemecahan 1 molekul glukosa pada reaksi glikolisis
akan menghasilkan produk kotor berupa 2 molekul asam piruvat, 2 molekul NADH, 4 molekul ATP, dan 2 molekul air. Akan
tetapi, pada awal reaksi ini telah digunakan 2 molekul ATP, sehingga hasil
bersih reaksi ini adalah 2 molekul asam piruvat (C3H4O3),
2 molekul NADH, 2 molekul ATP, dan 2 molekul air. Perlu
dicatat, pencantuman air sebagai hasil glikolisis bersifat opsional, karena ada
sumber lain yang tidak mencantumkan air sebagai hasil glikolisis.
Berdasarkan uraian di atas, maka glikolisis memiliki
beberapa fungsi, diantaranya yaitu:
ü Glikolisis mengubah satu molekul
heksosa menjadi dua molekul asam piruvat, dan terjadi oksidasi sebagian pada
heksosa.
ü Memproduksi ATP
ü Pembentukan molekul yang dapat
diambil dari reaksi atau lintasan untuk membentuk beberapa bahan penyusun
tumbuhan.
Glikolisis penting karena asam piruvat yang dihasilkan dapat
dioksidasi di mitokondria untuk menghasilkan cukup banyak ATP, jauh lebih
banyak daripada yang dihasilkan glikolisis.
- Fermentasi
Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul
oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya,
yaitu siklus Krebs yang bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak terdapat
molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat dan NADH akan tertimbun. Pada keadaan
ini tumbuhan menjalani reaksi fermentasi atau respirasi
anaerobic, membentuk etanol atau asam laktat. Perhatikan gambar di bawah ini.
![]() |
Gambar 2.6. Reaksi
Fermentasi piruvat membentuk etanol atau asam laktat
Dua reaksi di atas pada
gambar teridiri dari dekarboksilasi untuk membentuk asetildehid, kemudian
direduksi secara cepat oleh NADH membentuk etanol. Semua reaksi ini dikatalisis
oleh asam piruvat dekarboksilase dan alcohol dehidrogenase. Beberapa sel
mengandung asam laktat dehidrogenase, yang menggunakan NADH untuk mereduksi
piruvat menjadi asam laktat. Etanol atau asam laktat, atau keduanya, merupakan
produk fermentasi, bergantung pada aktivitas tiap-tiap dehidrogenase yang ada.
Pada setiap keadaan, NADH ialah pereduksi dan hanya pada keadaan anaerobiklah
NADH tersedia dalam jumlah yang cukup banyak untuk menjalankan reduksi. Lebih jauh, pada beberapa tumbuhan,
NADH digunakan untuk menimbun senyawa lain bila O2 terbatas, terutama asam
malat dan gliserol.
BAB
III
PENUTUP
ü Kuosien Respirasi merupakan satuan
unit yang digunakan dalam perhitungan rata-rata metabolisme dasar, yang
diperoleh dari besarnya CO2 yang dihasilkan dan O2 yang
digunakan (diambil) dalam respirasi.
ü Kuosien respirasi merupakan angka
perbandingan antara volume CO2 yang dibebaskan dengan volume O2 yang diabsorpsi
secara simultan oleh jaringan dalam periode waktu tertentu pada suhu &
tekanan tertentu (KR = Vol CO2 : Vol O2).
ü Glikolisis, yaitu tahapan pengubahan
glukosa menjadi dua molekul asam piruvat (beratom C3), peristiwa ini
berlangsung di sitosol. Piruvat yang
dihasilkan selanjutnya akan diproses dalam tahap dekarboksilasi oksidatif.
Selain itu glikolisis juga menghasilkan 2 molekul ATP sebagai energi, dan 2
molekul NADH yang akan digunakan dalam tahap transport elektron.
ü Dalam keadaan anaerob (reaksi
fermentasi), Asam Piruvat hasil glikoisis akan diubah menjadi karbondioksida
dan etil alkohol. Proses pengubahan ini dikatalisis oleh enzim dalam
sitoplasma. Dalam respirasi anaerob jumlah ATP yang dihasilkan hanya dua
molekul untuk setiap satu molekul glukosa, hasil ini berbeda jauh dengan ATP
yang dihasilkan dari hasil keseluruhan respirasi aerob yaitu 36 ATP.
DAFTAR
PUSTAKA
Andi. (2012). Proses Glikolisis. Diakses pada tanggal 21 April 2012 dari http://andiweb3.wordpress.com/2012/03/09/proses-glikolisis/
Anonim. (2012). Laporan Praktikum Penetapan Koefisien Respirasi Jaringan Tumbuhan. Diakses pada tanggal 21 April
2012 dari
http://pendbio.blogspot.com/2012/03/laporan-praktikum-penetapan-koefisien.html
Anonim. (tanpa tahun). Respirasi Tumbuhan. Diakses pada tanggal 21 April 2012
dari http://fistum07.wordpress.com/respirasi-tumbuhan/
Evi Zulaiha, Hilda
Tasyrika & Ida Sumaryani. (2009). Glikolisis. Diakses
pada tanggal 21 April 2012 dari http://fisiologitumbuhan-evie.blogspot.com/2009/07/glikolisis.html
Issanto
Putra. (2010). Penetapan Kuosien Respirasi Jaringan Tumbuhan. Diakses pada tanggal 21 April 2012 dari http://4thena.wordpress.com/2010/07/13/penetapan-kuosien-respirasi-jaringan-tumbuhan/
Salisbury, Frank B & Cleon W Ross. (1955). Fisiologi Tumbuhan. (Terjemahan Diah R
Lukman & Sumaryono). New York: Wadsworth. (Buku asli diterbitkan pada tahun
1992 )
Velicia Desyana Rakhmadina. (2010). Penetapan Kuosien Respirasi jaringan
Tumbuhan. Diakses
pada tanggal 21 April 2012 dari http://arcturusarancione.wordpress.com/2010/06/28/penetapan-kuosien-respirasi-jaringan-tumbuhan/